Jumat, 12 April 2013

Nasib sang "Nenek tukang urut"

(Manusia dan Penderitaan)

Menikmati hari tua tentunya memang indah bila yang merasakan dari kalangan berkecukupan apa lagi menegah ke atas. Tidak perlu bekerja lagi, tidak perlu capek-capek lagi intinya hanya tinggal menikmati hari tuanya saja bermain dengan cucu-cucu dari anak-anak mereka.
    
Namun, sungguh ironis rasanya bila melihat orang tua yang seharusnya bisa menikmati hari tuanya masih saja harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemana anak-anaknya? Apakah nenek itu benar-benar hidup sebatang kara sehingga masih harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari? Ternyata tidak, nenek ini masih tinggal bersama dengan anak dan menantunya. Tapi mengapa nenek ini masih harus bekerja.
     
Kisah ini saya tuangkan dari apa yang pernah saya temui dalam kehidupan nyata. Nenek yang berprofesi tukang urut ini masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, karena apa? Karena menantunya yang bersikap tidak baik, tidak pernah mengurusnya ketika anak dari nenek ini atau suami dari menantunya itu sedang tidak berada dirumah. Sehingga nenek berkata hidup merupakan perjalanan yang harus dijalani, usia tua tidak menjadi kendala jika Allah masih memberi hidayah tenaga untuk mencari nafkah hidup asal jangan menengadahkan tangan, padahal kita masih mampu bekerja.
    
Orang setua itu sudah selayaknya mendapatkan kenyamanan dalam hidup, menikmati masa-masa tua yang seharusnya tidak memikirkan lagi susahnya mencari uang, dan mendapatkan kasih sayang dari keluarga di sekitarnya.

http://diliputnews.com/read/14427/di-usia-senja-masih-banting-tulang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A.C. Milan